Energi terbarukan tidak hanya menjadi sumber daya, tetapi juga pendorong utama inovasi teknologi. Perkembangan baterai yang lebih efisien, pengembangan teknologi penyimpanan energi, dan peningkatan efisiensi panel surya menandai langkah-langkah besar dalam mengejar masa depan yang lebih hijau.
Keadilan diartikan sebagai kesetaraan, rasa hormat, dan pengelolaan bersama yang adil antara manusia dan makhluk hidup lainnya.
Judul yang unik dan menarik akan membedakan bukumu dari yang lain. Ketika calon pembaca melihat sekilas judul bukumu di toko buku atau situs on-line, kamu hanya punya beberapa detik untuk menarik perhatian mereka.
Keanekaragaman Hayati: Pertanian organik tidak hanya menghindari pestisida sintetis, tetapi juga menciptakan keanekaragaman hayati. Praktik seperti rotasi tanaman dan konservasi tanah membantu menyediakan habitat yang sehat bagi berbagai spesies, dari mikroorganisme hingga hewan besar.
Pertanian organik tidak menggunakan organisme hasil rekayasa genetik atau produk transgenik karena alasan keamanan lingkungan dan kesehatan, serta potensi risiko terhadap integritas spesies.
Sedangkan dari perspektif Teologi manusia adalah Humanus Homo atau manusia yang berasal dari Tanah dan kembali ke Tanah sehingga karena terbuat dari tanah maka manusia tidak bisa dipisahkan dari ekosistem yang lain.
Inovasi semacam ini menandai era baru di mana keberlanjutan bukan hanya mimpi, tetapi realitas yang dapat dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat. Dengan memanfaatkan kecerdasan kolektif dan semangat kolaboratif, solusi-solusi inovatif ini membawa perubahan positif yang tak terelakkan.
Oleh karena itu, selain mengembangkan teknologi terdepan, penting bagi kita untuk terus meningkatkan kesadaran akan pentingnya berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
Ke-Indonesia-an yang dihadirkan Ong dalam setiap esainya menjadi petunjuk tentang pilihannya. Dia sangat memahami bahwa Indonesia sama penting dengan Belanda atau negeri lain dalam gerak sejarah peradaban. Ong berjasa menempatkan sejarah Indonesia sejajar dengan perkembangan sejarah negeri lain. Itu jelas disampaikan Achdian di hampir semua bagian buku ini. Ong sendiri menilai tidak ada perkembangan yang tunggal dalam sejarah. Fokus studi doktoral Ong tentang Madiun pada abad ke-19, misalnya, banyak mengungkap aspek menarik tentang apa yang terjadi di Jawa dan Eropa pada waktu yang sama.
Kemudian alih fungsi lahan termasuk tambang, sengketa lahan dan perkembangan penduduk. Namun pemerintah akan memberikan perhatian cukup tinggi terhadap sektor ini melalui akses dan bantuan modal dan alat pertanian. Beliau menyampaikan strategi informasi lebih lanjut yang kita akan lakukan adalah meningkatkan SDM, memperkuat kelembagaan dan perluasan jaringan (pasar dan modal usaha).
“Lebih baik memilih tanaman yang tidak merusak lingkungan seperti alpukat, daripada hanya fokus pada keuntungan dari tanaman kopi,” paparnya.
Proses konversi lahan di Arista Montana dilakukan tanpa penebangan pohon besar-besaran, melainkan dengan menanam kembali pohon sebagai bagian dari konservasi hutan.
Pertanian organik cenderung lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit karena tidak menggunakan pestisida kimia sintetis.
Dapat dikatakan, penulisan nama Onghokham menjadi bagian dari konsistensi Ong dalam gerakan asimilasi dan dia pun mempraktikkannya dalam keseharian. Di kemudian hari, tentang penulisan namanya yang “berubah” menjadi Ong Hok Ham – seperti disebut oleh sejarawan Asvi Warman Adam “ terjadi setelah peristiwa Mei 1998. Efek peristiwa yang sangat kuat membekas dalam diri Ong itu “memaksanya” kembali menjadi Tionghoa dengan menyandang nama “Ong Hok Ham”, karena malu sebagai orang Indonesia atas kekerasan yang terjadi dalam peristiwa itu. Soal lain yang disinggung Achdian dan sesungguhnya merupakan inti dari seluruh rangkaian diskusi atau percakapan antara sang guru dan muridnya ini adalah seputar peristiwa 1965.